Kisah Tugu Bambu Runcing Warung Bongkok Cikarang Barat Bekasi

Bentuknya, replika batang bambu terbuat dari beton. Didominasi warna kuning di sepanjang batang, merujuk ke arti bambu kuning

LIPUTANCIKARANG.com – KABUPATEN BEKASI – Titik letak fisik tugu ini, berada di tengah simpang tiga pertemuan Jl. Pahlawan dengan Jl. Imam Bonjol. Area yang biasa disebut Warung Bongkok, masuk dalam wilayah Desa Sukadanau, Kec. Cikarang Barat – Kab. Bekasi.

Bentuknya, replika batang bambu terbuat dari beton. Didominasi warna kuning di sepanjang batang, merujuk ke arti bambu kuning. Di ruas puncak runcingnya warna merah, menyirat lumuran darah penjajah. Simbolisasi ini, senafas dengan niat pembangunannya. Dedikasi bagi pejuang kala mengusir penjajah, dalam perang kemerdekaan bersenjatakan bambu runcing, kuning.

Dari titik letak dan bentuknya itulah, lahir sebutan nama Tugu Bambu Runcing Warung Bongkok, atau bisa pula disingkat menjadi Tubucing Warbong. Kelar dibangun dan diresmikan pada 5 Juli 1962. Idenya, dicetus seorang tokoh veteran pejuang, Arnaen. Sosok pahlawan Bekasi yang wafat di usia 50-an pada tahun 1973, makamnya di Taman Makam Pahlawan (TMP) Bekasi.

Di dalam buku “Sejarah Rakyat di Bekasi Berjuang” terbitan tahun 1983, dan ditulis oleh Husein Kamaly. Arnaen dimasukkan ke dalam 60 tokoh pejuang perang revolusi kemerdekaan di Bekasi. Sementara terkait Tubucing Warbong, cetusan ide dan peran Arnaen, bisa dibaca di buku “Seri Monumen Sejarah TNI Angkatan Darat Jilid 1” terbitan Dinas Sejarah TNI Angkatan Darat, tahun 1977 (Endra Kusnawan, 2020).

Berdasar latar itu. Bisa disimpul kalau Tubucing Warbong, dibangun tidak secara khusus didedikasikan untuk mengingat peristiwa heroik tertentu, dan bernilai sejarah terkait perjuangan atau perang kemerdekaan di Bekasi. Misal tidak seperti Tugu Kali Bekasi, secara khusus didedikasikan untuk peristiwa pembantaian tentara Jepang, di sisi Kali Bekasi oleh pejuang kala perang fisik pasca proklamasi kemerdekaan.

Dokumen: Edy Setiady 2025 di Tugu Bambu Runcing Warung Bongkok, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi

Tubucing Warbong, makna simboliknya berlaku umum. Seumum bambu runcing yang memang senjata khas rakyat Indonesia dalam mengusir penjajah. Konteks kekhususan Tubucing Warbong, sebatas niat awal ide yang dicetus Arnaen. Mengenang perjuangan rakyat Bekasi ketika perang kemerdekaan, bersenjatakan bambu runcing. Karena memang di Bekasi, keheroikan perang fisik terjadi setelah peristiwa proklamasi, mempertahankan kemerdekaan.

Namun dari keumuman itu, sebagaimana titik letak berdirinya juga di tempat umum dan terbuka. Tubucing Warbong, hadirnya menjadi lentur, siapapun bebas menyapa dan memaknai keberadaannya. Menjadi saksi bagi tiap laga dinamika hidup, yang terjadi di area Warbong. Tidak hanya jadi simbol sejarah perjuangan, juga menjadi titik napas rakyat mengisi kemerdekaan. Wajah dan perannya telah jadi simbol perjuangan masyarakat industri Bekasi.

Tubucing Warbong, setidaknya kini jadi titik tumpah aspirasi para buruh industri Bekasi, dalam menjuangi hak. Beberapa waktu lalu misalnya, jadi titik konsentrasi massa demonstrasi buruh, saat penolakan perundangan cipta kerja.

Fenomena itu menanda, adanya proses pemaknaan baru terhadap Tubucing Warbong. Makna perubahan yang menjadi hukum kehidupan, dalam degup alur kesinambungan zaman dan generasi, bertali inti perjuangan.

(Belajar pada runcing, Amat Maturidi)

Editor : Edy Setiady

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Menkes Budi: Orang Gaji Rp15 Juta Pasti Lebih Sehat dan Pintar di banding Rp5 Juta

Ming Mei 18 , 2025
LIPUTANCIKARANG.com – Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menilai masyarakat yang bergaji Rp15 juta per bulan adalah orang yang sehat dan pintar, dibandingkan orang yang memiliki gaji kurang dari itu. Hal itu dia katakan dalam acara diskusi ‘Double Check’ yang diselenggarakan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (17/5). Budi awalnya […]

Berita Pilihan